Pada titik kritis dalam sejarah perjuangan Indonesia melawan penjajah Belanda, jelang akhir tahun 1945 sampai awal tahun 1946, sejumlah kota di Pulau Jawa tengah hadapi tahap berat. Salah satu kota yang paling terkenal dalam peristiwa ini ialah Bandung, di mana pemuda-pemuda dan tentara Indonesia melakukan perlawanan heroik terhadap Belanda dengan membakar aset-aset kota sendiri. Tindakan heroik seperti kurang lebih membumihanguskan kota ini, tentu bukan tanpa alasan.
Alasan utama dari aksi ini dikenal dengan istilah Bandung Lautan Api, aksi yang dimiliki oleh Mayor Jenderal Soeharto, kemudian dikenal sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-2, merupakan sebuah taktik militer strategis. Tri dan para pemuda kota Bandung pada saat itu membumihanguskan berbagai aset penting untuk mencegah Belanda ekses dari sumber daya tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk menghambat laju serangan militer Belanda dengan merusak infrastruktur vital, seperti jembatan, rel kereta api, dan gudang senjata.
Pada saat itu, Bandung adalah pusat administratif dan militer bagi kaum perjuangan Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan aset-aset tersebut bisa memberikan keuntungan strategis bagi Belanda jika mereka berhasil diklaim. Dalam konteks itulah, Tri dan pemuda Bandung memutuskan untuk “membakar jembatan” mereka sendiri dalam upaya membendung penjajah.
Pembakaran kota-besar seperti Bandung juga memiliki dampak psikologis terhadap Belanda. Tindakan ini adalah bentuk penentangan mutlak terhadap penjajahan dan usaha penuh dalam mempertahankan kemerdekaan. Ini bukan hanya taktik militer, tetapi juga pernyataan politik dan moral tentang harga kemerdekaan dan sejauh mana rakyat Indonesia, dalam hal ini pemuda dan Tri, siap berjuang untuk mempertahankannya.
Sejarah pembakaran Kota Bandung atau Bandung Lautan Api menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia yang tidak retak oleh ancaman penjajah. Ini adalah contoh luar biasa dari semangat pengorbanan untuk kemerdekaan, ketabahan, dan heroisme yang dipelajari oleh setiap generasi baru di Indonesia. Meskipun serangan tersebut diakhiri dengan penyerahan kota kepada Belanda, tindakan ini telah menanamkan semangat nasionalisme yang mendalam dan melahirkan ikon heroik baru dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.












