Sejarah selalu dianggap sebagai jurusan ilmu yang berfokus pada studi manusia dan perubahannya sepanjang waktu. Kajian sejarah mencakup peristiwa-peristiwa besar yang telah membentuk dunia saat ini, serta detail-detail kecil yang menjelaskan bagaimana masyarakat berinteraksi dan bertahan hidup. Namun, selayaknya sebuah disiplin ilmu, sejarah memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari subjek lainnya. Oleh karena itu, perlu dipahami apa yang merupakan ciri-ciri sejarah sebagai ilmu dan apa bukan. Berikut ini akan dibahas beberapa hal yang bukan ciri-ciri kajian sejarah sebagai ilmu.
Subjektivitas
Sejarah seringkali dinilai sebagai subjek yang bersifat subjektif dan bukan objektif. Meskipun penulis sejarah berusaha untuk mencapai objektivitas sebanyak mungkin, namun mereka juga harus mengakui bahwa perspektif mereka sendiri sering kali mencolok dalam penulisan mereka. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya, sejarah bergantung pada interpretasi manusia tentang peristiwa lampau berdasarkan bukti yang tersedia. Ini bukan ciri khas ilmu-ilmu lain yang umumnya berusaha untuk menghilangkan semua elemen subjektivitas dan berfokus pada penemuan fakta yang objektif dan dapat diamati.
Keterulangan
Ilmu-ilmu lain biasanya dapat diuji dan diulang. Misalnya, dalam fisika, jika sebuah eksperimen dilakukan dengan benar, hasilnya harus bisa konsisten dan dapat diulang oleh peneliti lain. Ini bukan kasus dalam sejarah. Sejarah tidak dapat diuji atau diulang. Setiap peristiwa hanya terjadi sekali dan tidak dapat diulang. Oleh karena itu, kepercayaan dalam sejarah didasarkan pada interpretasi bukti yang tersedia, bukan pada pengulangan eksperimen.
Kesimpulan
Meskipun sejarah berusaha untuk menyajikan gambaran yang akurat dan holistik tentang masa lalu, itu tetap merupakan subjek yang terbuka untuk interpretasi. Dalam banyak kasus, bukti-bukti sejarah tidak lengkap atau dapat ditafsirkan dengan beberapa cara. Oleh karena itu, tidak ada “jawaban” definitif atau “fakta” yang final dalam sejarah seperti dalam beberapa ilmu lain. Di sini, beberapa peneliti mungkin merasa bahwa satu interpretasi lebih masuk akal daripada yang lain, tetapi pada akhirnya, interpretasi ini masih bersifat subjektif.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketertarikan subjektif pada tempat dan waktu, kurangnya kemungkinan pengulangan peristiwa atau penelitian, dan kurangnya kesimpulan definitif adalah beberapa hal yang bukan ciri-ciri kajian sejarah sebagai ilmu. Mengakui ini bukan berarti meremehkan kepentingan sejarah, melainkan untuk lebih memahami bagaimana sejarah bekerja dan bagaimana kita dapat memperoleh wawasan dari masa lalu.












