Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan berkuasa yang berada di Sulawesi Selatan. Dalam diskusi ini, kita akan membahas bagaimana bentuk corak politik dan budaya yang ada pada kerajaan ini pada masa kejayaannya.
Olahraga Politik Dalam Kerajaan Gowa dan Tallo
Sebagai kerajaan yang kuat dan dominan dalam periode tertentu di Sulawesi Selatan, unsur politik adalah bagian integral dalam pemerintahan Gowa dan Tallo. Dalam hal ini, corak politik yang dianut oleh kedua kerajaan ini adalah hirarki monarki absolut. Seorang Raja, yang biasa disebut dengan sebutan Karaeng, adalah tokoh utama yang mempunyai kekuatan penuh dalam pemerintahan.
Pada masa itu, penguasa adalah pelaksana tertinggi hukum dan politik. Dia memiliki kebebasan untuk membuat dan menjalankan hukum sesuai dengan pendapatnya. Untuk menjalankan pemerintahan, Raja kerap kali dibantu oleh pejabat-pejabat kerajaan yang telah ditunjuk.
Budaya dalam Kerajaan Gowa dan Tallo
Dalam konteks budaya, Gowa dan Tallo juga memiliki corak khas yang menjadi identitas mereka. Kerajaan ini menganut budaya Bugis dan Makassar, dua etnis terbesar di Sulawesi Selatan. Budaya ini mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari bahasa, seni, tradisi, hingga agama.
Bahasa Makassar adalah bahasa resmi yang digunakan dalam komunikasi dan administrasi kerajaan. Sedangkan, dalam seni dan tradisi, mereka memiliki tarian dan musik khas seperti Pakarena dan Gandrang Bulo. Agama juga memainkan peran penting dalam pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Pada awalnya, Gowa dan Tallo mengikuti kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun, seiring datangnya pengaruh Islam pada abad ke-16, kerajaan ini beralih ke agama Islam.
Kesimpulan
Kerajaan Gowa dan Tallo pada mulanya sangat bercorak dalam hal politik dan budaya. Politik yang ditekankan adalah sistem monarki absolut di mana kekuasaan berada di tangan seorang Raja atau Karaeng. Sementara itu, dalam konteks budaya, mereka mewujudkan identitas Bugis-Makassar dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik itu bahasa, seni, tradisi, maupun agama. Meski berubah seiring berjalannya waktu dan adanya pengaruh dari luar, tetap saja corak ini membentuk pondasi dari identitas dan sejarah dua kerajaan ini.












