Untuk memahami hubungan Indonesia dan negara-negara Barat selama era demokrasi terpimpin, pertama-terlebih dahulu kita harus merujuk ke sejarah modern Indonesia. Masa demokrasi terpimpin di Indonesia berlangsung mulai tahun 1957 sampai 1966.
Periode ini menggambarkan era kekuasaan langsung Soekarno, presiden pertama negara ini, yang berkarakteristik demokrasi yang dikendalikan oleh satu kelompok atau individu, dengan sedikit ruang bagi partisipasi politik yang lebar atau perbedaan pendapat.
Berdasarkan konteks historis tersebut, hubungan antara Indonesia dan negara-negara Barat cenderung tegang dan kompleks selama masa demokrasi terpimpin. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap dinamika ini.
Pertama, fokus utama Soekarno sebagai presiden adalah untuk merebut kembali kontrol sepenuhnya atas sumber daya Indonesia dari tangan asing, mengurangi pengaruh Barat dan membangun suatu identitas nasional yang kuat. Ini menciptakan dilema bagi Barat, khususnya negara-negara penanam modal seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang telah berinvestasi besar dalam ekonomi Indonesia, terutama dalam sektor pertambangan dan minyak.
Kedua, Soekarno mengambil posisi yang netral dalam Perang Dingin, dan berusaha untuk mengisi posisi sebagai pemimpin dunia ketiga melalui gerakan Non-Blok. Karena tujuannya ini, dia sering bertentangan dengan negara-negara Barat dan sekutu mereka dalam isu-isu internasional.
Selain itu, Soekarno memiliki pandangan yang sangat nasionalis dan anti-kolonial, hal ini menambah konflik dengan negara Barat yang pada waktu itu masih memiliki koloni dan menjalankan politik imperialisme.
Meskipun demikian, hubungan antara Indonesia dan negara-negara Barat tidak sepenuhnya negatif. Ada upaya-upaya untuk memperbaiki hubungan, seperti dukungan Amerika Serikat terhadap pengembangan infrastruktur di Indonesia. Namun, hubungan menjadi semakin tegang menyusul keputusan Soekarno untuk menarik Indonesia dari PBB pada tahun 1965, sebuah tindakan yang dipandang sebagai serangan terhadap sistem internasional yang didominasi oleh Barat.
Dengan demikian, hubungan Indonesia dan negara-negara Barat selama masa demokrasi terpimpin cenderungi mencakup periode konfrontasi dan ketegangan, namun juga mencakup upaya-upaya untuk rekonsiliasi dan kerja sama. Meskipun ada konflik dan perbedaan pandangan, keduanya masih mencoba membangun hubungan yang saling menguntungkan.












