Sebagai manusia, kita menggunakan kata-kata setiap hari untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Dalam setiap kata yang kita gunakan, terdapat makna yang kita sampaikan, baik secara eksplisit maupun implisit. Pertanyaannya adalah, apa istilah yang menggambarkan makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi? Jawabannya adalah makna denotasional.
Makna Denotasional
Makna denotasional juga bisa kita sebut sebagai makna dasar atau makna leksikal. Makna ini memfokuskan pada definisi objektif dari sebuah kata yang bisa kita temukan dalam kamus. Makna ini independen, artinya tidak bergantung pada konteks penggunaannya ataupun asosiasi yang mungkin diciptakan oleh penggunaannya.
Contoh sederhana dari penggunaan makna denotasional adalah kata “kucing”. Makna denotasional dari “kucing” adalah “sejenis hewan peliharaan yang biasanya memiliki bulu, taring, dan cakar yang tajam”, tanpa merujuk ke hal lain seperti asosiasi simbolik atau emosional yang mungkin dimiliki oleh kata tersebut dalam konteks tertentu.
Makna Denotasional vs Makna Konotasional
Terkadang di dalam sebuah konteks, kata dapat mengambil makna yang lebih dalam atau berbeda dari makna denotasionalnya, ini disebut sebagai makna konotasional. Makna konotasional seringkali bersifat subjektif dan dapat berubah-ubah berdasarkan pengalaman, budaya, atau emosi individu. Misalnya, kata “kucing” bisa memiliki konotasi kewanitaan, kehalusan, atau misteri dalam beberapa konteks.
Penggunaan Makna Denotasional dalam Komunikasi
Pada dasarnya, makna denotasional memberikan fondasi bagi komunikasi kita dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada standar makna bagi suatu kata, komunikasi akan menjadi sangat sulit. Kita semua perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sama tentang makna kata dasar untuk bisa berkomunikasi dengan efektif.
Mengerti makna denotasional adalah awal dari proses memahami dan menggunakan bahasa. Namun, untuk menjadi pengguna bahasa yang mahir dan mendalam, kita juga perlu memahami dan menavigasi makna konotasional.