Musyawarah, menjadi bagian integral dalam sebuah interaksi sosial dalam masyarakat, terutama di Indonesia. Di dalam musyawarah, individu atau kelompok mengumpulkan pikiran, pendapat dan gagasan mereka untuk mencapai kesepakatan. Namun, ketika musyawarah berakhir, ada tradisi penting yang biasanya dilakukan, yaitu saling meminta maaf atau musafahah. Lantas, mengapa setelah bermusyawarah kita diharuskan saling memaafkan?
Musyawarah, sering kali melibatkan proses diskusi yang intensif, perdebatan, dan terkadang saling berdebat satu sama lain. Ketegangan emosional dan perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam musyawarah. Seringkali, dalam proses tersebut, perasaan seseorang mungkin terluka, baik itu disengaja atau tidak. Oleh karena itu, dengan memberikan dan meminta maaf setelah musyawarah dapat memberikan peluang untuk meredakan ketegangan dan memulihkan hubungan yang mungkin terseok-seok selama proses perdebatan dan diskusi.
Apalagi dalam konteks budaya Indonesia, saling memaafkan setelah musyawarah berakar dalam nilai-nilai sopan santun dan pertimbangan terhadap perasaan orang lain. Kita tidak pernah tahu secara persis bagaimana kata-kata dan tindakan kita mungkin mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, meminta maaf adalah cara untuk menghormati hak dan perasaan mereka.
Selain itu, memaafkan dan meminta maaf juga merupakan bagian dari proses pembinaan kembali iklim kerja sama dan saling percaya yang mungkin merosot selama perdebatan yang panas. Memaafkan dapat membuka jalan menuju pemulihan dan pengembangan hubungan yang lebih baik, yang pada akhirnya akan berkontribusi untuk kerja sama yang lebih baik di masa depan.
Jadi, jawabannya apa? Mengapa setelah bermusyawarah kita diharuskan saling memaafkan?
Jawabannya terletak pada pemahaman bahwa saling memaafkan tidak hanya soal menutupi kesalahan, tapi lebih pada penyembuhan dan memperjelas jalan menuju kebersamaan dan kerja sama. Kita selalu memiliki peluang untuk belajar dari kesalahan dan konflik kita, dan dengan memaafkan, kita memberikan ruang untuk pertumbuhan dan pemahaman antar anggota masyarakat.