Salat Subuh adalah bagian penting dari rangkaian ibadah sehari-hari umat Islam. Dalam setiap salat, ada urutan tertentu yang harus diikuti. Salah satu bagian penting dari salat ini adalah posisi tertentu setelah sujud kedua pada rakaat kedua. Pada Salat Subuh, duduk setelah sujud kedua pada rakaat kedua disebut dengan istilah “i’tidal”.
Berikut lebih lanjut mengenai posisi duduk setelah sujud kedua pada rakaat kedua, disebut “i’tidal”
Pada salat, ada beberapa bagian yang harus diikuti secara berurutan, mulai dari takbir dan berakhir dengan salam. Selama proses tersebut, orang yang beribadah akan mengubah posisi tubuhnya beberapa kali sesuai dengan tata cara salat. Untuk salat Subuh, orang yang beribadah akan melakukan total dua rakaat.
Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, orang yang beribadah kemudian duduk. Duduk ini bukan sembarang duduk, tetapi memiliki tata cara dan keistimewaan tersendiri. Posisi ini disebut “i’tidal”, di mana orang yang beribadah akan duduk tegak dengan tangan di atas paha.
Posisi duduk ini berlaku untuk semua salat, bukan hanya untuk salat Subuh. Setelah beranjak dari sujud kedua, kita duduk dalam posisi “i’tidal” untuk menutup setiap rakaat dalam salat. Posisi ini memberikan waktu bagi kita untuk menenangkan diri dan berpikir tentang apa yang telah kita baca dan semua ibadah kita.
Ketika duduk dalam posisi “i’tidal”, kita juga memberikan waktu dan ruang untuk refleksi dan konsentrasi penuh pada setiap kata dan ayat yang telah kita baca atau dengar. Duduk dalam posisi “i’tidal” juga berfungsi sebagai transisi antara sujud dan berdiri lagi untuk rakaat berikutnya.
Jadi, jawabannya apa? Duduk setelah sujud kedua pada rakaat kedua dalam salat, termasuk salat Subuh, disebut “i’tidal”. Ini adalah bagian penting dari salat yang membantu kita fokus dan merenung sebelum melanjutkan ke bagian berikutnya dalam ibadah kita.