InformatifSosial

Perbedaan Pergiliran Keturunan pada Tumbuhan Lumut dan Paku

×

Perbedaan Pergiliran Keturunan pada Tumbuhan Lumut dan Paku

Sebarkan artikel ini

Tumbuhan Lumut dan Paku menjadi elemen penting dalam ekosistem, memberikan kontribusi pada siklus karbon dan nitrogen. Meskipun sama-sama tumbuhan non-biji, Lumut dan Paku memiliki perbedaan signifikan dalam proses reproduksi mereka, khususnya dalam pergiliran keturunan mereka. Salah satu perbedaan vital dalam proses reproduksi ini adalah fase dominan dalam siklus hidupnya.

Fase Dominan

Pada tumbuhan Lumut, fase dominan adalah fase gametofit alias fase haploid. Dalam fase ini, Lumut tumbuh menjadi tanaman dewasa yang memproduksi gamet (sel kelamin) laki-laki dan perempuan. Gamet ini, setelah pembuahan, akan menghasilkan spora yang akan berkembang menjadi Lumut baru. Karena fase ini dominan, Lumut dewasa yang kita lihat sehari-hari adalah gametofit.

Sementara itu, tumbuhan Paku memiliki fase dominan yang berbeda. Fase dominan dalam siklus hidup Paku adalah fase sporofit atau fase diploid. Dalam fase ini, tumbuhan Paku tumbuh menjadi tanaman dewasa yang memproduksi spora. Setelah spora ini menetas, ia akan menghasilkan gamet. Namun, gamet ini langsung memasuki fase sporofit setelah pembuahan. Jadi, Paku dewasa yang kita lihat sehari-hari adalah sporofit.

Cara Penyebaran

Cara penyebaran juga menjadi perbedaan lain dalam pergiliran keturunan tumbuhan Lumut dan Paku. Tumbuhan Lumut umumnya menyebar melalui spora yang didukung angin atau air. Namun, dalam beberapa kasus, Lumut juga bisa bereproduksi secara aseksual melalui fragmentasi.

Di sisi lain, tumbuhan Paku menyebar melalui spora yang ditempelkan pada permukaan daunnya. Ketika spora ini jatuh atau dibawa angin ke tempat yang cocok, ia akan tumbuh menjadi tanaman baru. Perlu diperhatikan bahwa Paku tidak bisa bereproduksi secara aseksual.

Dalam kesimpulannya, meskipun tumbuhan Lumut dan Paku sama-sama merupakan tumbuhan non-biji, mereka memiliki perbedaan penting dalam siklus hidup dan reproduksi mereka. Melalui memahami perbedaan ini, kita bisa lebih menghargai keanekaragaman dan kompleksitas kehidupan di Bumi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *