Sejarah mencatat banyak interaksi antara bangsa Eropa dengan masyarakat lokal di Nusantara. Salah satu interaksi yang signifikan adalah yang melibatkan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan India Timur, sebuah perusahaan dagang Belanda dengan Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan yang paling kuat di Sulawesi Selatan. Namun, dalam mencapai kekuasaan dan kekayaannya, VOC mengutilisasi sejumlah siasat untuk melemahkan dan akhirnya menghancurkan Kerajaan Gowa. Berikut ini adalah beberapa dari siasat tersebut:
Menjalin Hubungan Diplomatik
Sebagai langkah awal, VOC cenderung menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lokal Nusantara, termasuk Kerajaan Gowa. Pada awalnya, VOC menerima tawaran kerja sama dari Sultan Gowa, Hasanuddin, yang ingin meredam ekspansi Spanyol dan Portugis di daerahnya. Kerja sama ini memasukkan wilayah Sulawesi Selatan dalam lingkungan pengaruh politik dan ekonomi VOC.
Memanfaatkan Persaingan Antarkerajaan
VOC pintar dalam memanfaatkan persaingan antarkerajaan Nusantara. Mereka membantu kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh alami Kerajaan Gowa, seperti Kerajaan Bone dan Kerajaan Soppeng. Dengan demikian, kerajaan Gowa harus berperang di banyak front dan ini menuntut banyak sumber daya, baik dalam bentuk manusia maupun materi.
Menyebabkan Instabilitas Intern
VOC juga memanfaatkan konflik internal dalam kerajaan. Mereka mendorong perebutan kekuasaan dan perselisihan antara keluarga kerajaan, yang pada akhirnya melemahkan Kerajaan Gowa.
Penggunaan Kekuatan Militer
Ketika kerajaan Gowa semakin lemah, VOC mulai menggunakan ancaman dan kekuatan militer. VOC mengirim ekspedisi militer yang dikenal sebagai Perang Makassar (1666-1669) untuk secara langsung menyerang Kerajaan Gowa.
Melalui strategi-strategi ini, VOC berhasil menghancurkan Kerajaan Gowa dan memastikan dominasi mereka di wilayah ini. Kesuksesan ini bukan hanya sebuah ancaman bagi Kerajaan Gowa, tapi juga memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana kekuatan kolonial dapat menggunakan diplomatik, memanipulasi persaingan lokal, dan kekuatan militer untuk mencapai tujuan mereka.












