Siapa pun yang melihat sejarah negara-negara bekas Yugoslavia akan menyadari bahwa daerah ini dipenuhi dengan konflik dan perselisihan. Pertikaian yang paling hanya terjadi setelah pembubaran Yugoslavia pada tahun 1990-an, yang mendorong munculnya negara-negara baru seperti Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia Utara. Konflik-konflik ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan etnis dan agama, sejarah panjang animositas serta adanya hasrat untuk kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri.
Etnisitas dan Agama
Yugoslavia adalah negara multietnis yang rumit, terdiri dari banyak kelompok etnis dan agama yang berbeda. Dengan lenyapnya rezim komunis yang mengikat kelompok-kelompok ini bersama-sama, konflik-konflik lama yang pernah ditahan kembali muncul ke permukaan. Sekte agama dan kelompok etnis berubah menjadi faksi politik yang saling memerangi, yang mengarah ke perang saudara yang merusak dan berkepanjangan.
Sejarah dan Animosity
Sejarah panjang denyut nadi konflik dan animositas antara kelompok etnis berbeda juga memainkan peran penting dalam menciptakan ketidakstabilan ini. Misalnya, banyak anggota komunitas Serbia memiliki dendam yang mendalam terhadap Kroasia dan Bosnia karena peran mereka dalam Perang Dunia II. Dalam pidatonya yang terkenal di Kosovo Polje pada tahun 1989, Slobodan Milosevic, saat itu Presiden Serbia, memanfaatkan perasaan nasionalisme dan dendam ini untuk memobilisasi dukungan bagi ambisinya.
Keinginan untuk Kemerdekaan
Di tengah-tengah semuanya, ada juga keinginan kuat di antara banyak orang di negara-negara bekas Yugoslavia untuk menerima kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri. Mereka tidak lagi mau dibatasi oleh kekuatan pusat yang dianggap telah mencapai batasnya. Ini terutama dirasakan di Slovenia dan Kroasia, yang merasa bahwa mereka memberikan lebih banyak ke Yugoslavia daripada yang mereka terima.
Kesimpulan
Oleh karena itu, sementara adanya berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara negara-negara bagian bekas Yugoslavia, yang paling penting adalah etnisitas dan agama, sejarah dan animositas, dan keinginan untuk kemerdekaan. Untuk memahami bagaimana dan mengapa konflik ini terjadi, penting untuk melihat sejarah panjang dan kompleks daerah ini dilihat dari perspektif berbagai kelompok yang berada di dalamnya.