Tunalaras bisa diartikan sebagai suatu momen dimana seseorang tidak mampu mengendalikan sejauh mana reaksi atau emosi mereka sesuai kebutuhan situasi yang sedang dialami. Ia seringkali mengarah pada ketidakmampuan individu dalam mempertahankan rasa seimbang maupun stabilitas, baik dalam aspek emosional, mental, atau fisik.
Dalam konteks emosional atau mental, tunalaras dapat mencakup berbagai gangguan dan kondisi seperti gangguan kecemasan, gangguan mood, gangguan stres pascatrauma, dan banyak lagi. Individu yang mengalami tunalaras dalam hal ini seringkali merasa sulit untuk meredam emosi atau merasa emosinya tidak seimbang.
Sementara dalam konteks fisik, tunalaras dapat mengacu pada berbagai macam kondisi medis yang menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu menjaga keseimbangan atau stabilitas mereka. Hal ini bisa mencakup sejumlah kondisi seperti vertigo, Parkinson, atau bahkan luka atau penyakit yang mempengaruhi sistem saraf pusat.
Banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan tunalaras, baik itu faktor lingkungan, genetik, kejadian traumatic, atau kondisi kesehatan fisik. Penanganan yang efektif biasanya melibatkan pendekatan multi-disiplin yang mencakup terapi perilaku kognitif, farmakoterapi, psikoterapi, dan dukungan sosial.
Namun, hal utama untuk dipahami adalah bahwa tunalaras tidak selamanya bersifat permanen. Dengan dukungan yang tepat dan penanganan kesehatan yang tepat, individu yang mengalami tunalaras dapat berhasil memulihkan stabilitas dan keseimbangan mereka dan menjalani kehidupan yang produktif dan memuaskan. Oleh karena itu, penting bagi siapa pun yang merasa mengalami atau mengenali seseorang yang mengalami tunalaras untuk mencari bantuan profesional secepatnya.
