Ada sesuatu yang menyentuh jiwa ketika kita merenungkan masa lalu, terutama saat memikirkan hari yang menantang dan sulit. Mungkin saat ini Anda merasa saling memercikkan kata-kata kasar, kedua matamu yang merah karena menangis hingga larut malam, atau hatimu yang terluka kali ini lebih dalam dari biasanya. Tapi, menariknya, kebencian yang dulu mengisi setiap detak jantung Anda, sekarang telah meredup.
Aku sudah tak marah walau masih teringat semua yang terjadi kemarin. Kata-kata ini menggambarkan siklus pengampunan. Tentu saja pengampunan bukanlah suatu proses yang mudah dan instan. Ini membutuhkan waktu, kadang lebih lama dari yang kita kira. Namun, itulah hasil akhirnya: seiring berjalannya waktu dan luka mulai sembuh, kemarahan kita mulai mereda.
Cobalah bertanya kepada diri sendiri bagaimana semua ini mungkin bisa terjadi. Kenapa hari ini, Anda lebih tenang daripada kemarin, tak ada lagi bara api di dalam dada Anda? Tentu semua itu berawal dari pembelajaran.
Anda mempelajari bahwa emosi yang berlebihan hanya akan membuat Anda terjebak dalam sebuah siklus kemarahan yang kontraproduktif. Anda belajar bahwa untuk menghancurkan dinding pertahanan yang padat, Anda perlu morele daripada serangan fisik.
Ada pepatah mengatakan, “Lakukan hal yang sama berulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda adalah bentuk kegilaan.” Inilah sebabnya Anda berhenti merespons kemarahan dengan kemarahan. Anda belajar untuk melepaskan dan membiarkan waktu untuk menyembuhkan luka.
Memang, masa lalu tidak bisa diubah. Semua kata-kata yang diucapkan, semua air mata yang telah jatuh, dan semua luka yang terasa nyata tidak bisa dihapus. Tapi, Anda sudah beranjak dari kemarahan.
Ingat, luka akan sembuh. Kata-kata pahit akan tergantikan oleh yang manis. Setiap air mata yang jatuh akan bersinar dalam cahaya pengampunan. Tetapi, sepenuhnya meninggalkan masa lalu bukan berarti Anda harus melupakan. Bahkan, kita belajar dari masa lalu dan menggunakannya untuk menjalani hari ini dengan lebih baik.
Salah satu hal paling berani yang bisa dilakukan seseorang adalah memaafkan. Memaafkan bukan berarti menerima atau menyetujui perilaku yang menyakitkan. Itu berarti melepaskan beban yang telah kita genggam selama ini — beban kemarahan dan rasa tidak adil.
Percayalah, bahwa melepaskan kemarahan telah membuka pintu untuk kesempatan baru. Anda mungkin masih mengingat semua hal buruk yang telah terjadi, namun Anda sudah tidak marah lagi. Anda telah mencapai titik perdamaian dalam diri anda sendiri.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah memaafkan. Walaupun masih teringat semua yang terjadi kemarin, rasa marah yang pernah ada, kini telah berubah menjadi pelajaran penting yang mendorong kita untuk berkembang dan menjadi lebih baik.