Perang Dingin, yang berlaku antara 1947 dan 1991, adalah titik tersendiri dalam sejarah dunia. Periode ini ditandai dengan konflik intens antara dua kekuatan utama dunia pada masa itu, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Meskipun by name perang ini adalah “dingin,” dampak dari konflik ini adalah jauh dari dingin, mempengaruhi negara-negara di seluruh penjuru dunia dan berakibat pada konflik militer, politik, dan sosial yang signifikan. Setelah beberapa waktu, konflik ini tampak mereda, namun kemudian kembali meningkat, menghasilkan apa yang bisa dianggap sebagai “Perang Dingin Kedua”. Pertanyaan pentingnya, “Mengapa ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet kembali meningkat setelah sempat mereda?”
Latar Belakang
Perang Dunia Kedua berakhir dengan kemenangan bagi Sekutu, dengan Uni Soviet dan Amerika Serikat menjadi dua kekuatan militer yang dominan. Namun, perbedaan ideologi antara kapitalisme AS dan komunisme Soviet mengarah ke ketidaksepahaman dan ketegangan, yang akhirnya memicu Perang Dingin.
Peredaan Ketegangan
Setelah beberapa dekade konflik, pada 1970-an, periode yang dikenal sebagai Détente terjadi di mana hubungan antara AS dan USSR mereda. Berbagai kesepakatan ditandatangani selama periode ini, termasuk SALT I dan II (Strategic Arms Limitation Talks), yang signifikan dalam pembatasan penyebaran senjata nuklir dan berusaha mencegah perlombaan senjata.
Kembali Meningkatnya Ketegangan
Namun, ketegangan antara AS dan Uni Soviet kembali meningkat pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Beberapa alasan utama untuk ini adalah:
- Invasi Soviet ke Afghanistan (1979): Ketika Soviet menginvasi Afghanistan, AS merespons dengan memboikot Olimpiade Musim Panas 1980 di Moscow, dan konflik eskalasi berikutnya di Afghanistan menyebabkan hubungan menjadi jauh lebih tegang.
- Perubahan Kepemimpinan Di Kedua Negara: Presiden AS, Ronald Reagan, dan Sekretaris Jenderal Soviet, Mikhail Gorbachev, memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana relasi antarnegara seharusnya, yang mempengaruhi dinamika hubungan antara kedua negara.
- Perlombaan Senjata: Perlombaan senjata nuklir antara kedua negara ini kembali meningkat selama periode ini, dengan kedua negara mencoba untuk mengalahkan satu sama lain dalam teknologi dan senjata militer.
Konsekuensi “Perang Dingin Kedua”
Perang Dingin Kedua ini berkelanjutan sampai pertengahan 1980-an, dan hingga akhirnya Uni Soviet runtuh pada 1991. Konsekuensi dari Perang Dingin Kedua ini mencakup peningkatan ketegangan militer dan politik, di samping mateial yang signifikan dan biaya manusia, terutama dalam konflik seperti Perang Afghanistan.
Konflik geopolitik ini berdampak signifikan pada hubungan internasional, dan menandai era baru dalam sejarah pascaperang, yang memberikan pelajaran penting tentang mengelola konflik ideologi dan pengaruh terhadap stabilitas dunia.