Tarian merupakan sebuah seni yang mengekspresikan emosi dan cerita melalui gerakan fisik yang indah dan berirama. Di Indonesia sendiri, terdapat banyak ragam tarian yang masing-masing memiliki ciri khas dan tata cara yang unik. Salah satunya adalah tari Pakarena. Tari ini berasal dari Sulawesi Selatan dan memiliki filosofi serta teknik menari yang mendalam.
Latar Belakang Tari Pakarena
Pakarena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan. Nama tari ini berasal dari bahasa Makassar, “Pa'” yang berarti ‘perempuan’, dan “Kare” yang berarti ‘laki-laki’. Maka, secara harfiah, “Pakarena” diterjemahkan sebagai raut wajah atau perilaku yang menunjukkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki.
Dalam budaya Makassar, tarian ini dipentaskan sebagai simbol penghormatan, dan biasanya ditampilkan dalam acara-acara besar seperti pesta adat, upacara perkawinan, dan acara resmi lainnya. Tari Pakarena melambangkan kecantikan, keanggunan, dan kelembutan perempuan Bugis-Makassar.
Keunikan Gerakan dalam Tari Pakarena
Fitur khas yang membedakan tari Pakarena dengan tarian lain adalah adanya aturan bahwa gerakan kaki tidak boleh diangkat saat menari. Ini berasal dari filosofi bahwa perempuan Makassar disarankan untuk selalu merendahkan hati dan jangan sombong. Simbolisme ini kemudian diwujudkan melalui teknik menari dimana gerakan kaki harus tetap berada di tanah – tidak ada lompatan atau gerakan berayun yang melibatkan pengangkatan kaki.
Gerakan kaki yang ‘terikat’ ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penari, karena mereka harus mampu mengekspresikan emosi dan cerita dengan batasan gerakan yang ada. Meski demikian, dengan pengendalian tubuh dan keahlian, para penari dapat melakukan berbagai gerakan yang indah dan penuh arti dengan tangan dan tubuhnya.
Kesimpulan
Dalam tari Pakarena, gerakan kaki tidak boleh diangkat. Ini bukan hanya sekadar aturan teknis, namun juga sarat akan filosofi tentang sikap rendah hati dan kesopanan perempuan Bugis-Makassar. Itulah yang membuat tari Pakarena tidak hanya indah untuk dilihat, tetapi juga penuh makna untuk dipelajari.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah bahwa gerakan kaki dalam tari Pakarena tidak boleh diangkat, dan ini menjadi bagian esensial dari tarian yang merepresentasikan nilai-nilai luhur dalam budaya Bugis-Makassar.