Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah tokoh yang central dalam Islam. Beliau menerima wahyu pertama saat berusia 40 tahun dan menghabiskan 23 tahun berikutnya untuk menyebarkan agama Islam. Meskipun banyak yang menerima ajarannya, ada juga yang menolak, khususnya di Mekah, tempat beliau lahir dan memulai misinya. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan hal ini.
1. Adat dan Tradisi yang Telah Ada Sebelumnya
Saat itu, masyarakat Mekah mempraktikkan sistem kepercayaan dan outfit adat istiadat yang telah dianut selama berabad-abad. Kebanyakan dari mereka adalah penyembah berhala. Mereka memiliki adat dan ritual yang mengandung unsur politheisme, dimana mereka menyembah banyak tuhan. Agama Islam yang diajarkan Nabi Muhammad, yang sangat mendasarkan pada monotheisme, bertentangan dengan tatanan kepercayaan mereka. Perubahan radikal ini merupakan tantangan yang sulit bagi masyarakat Mekah untuk menerima.
2. Ancaman terhadap Status Sosial dan Ekonomi
Mekah saat itu merupakan pusat perdagangan dan tujuan utama jamaah haji yang meyembah berhala di Ka’bah. Kebanyakan penduduk Mekah sangat bergantung pada pendapatan yang berasal dari praktik-praktik religius ini. Pengenalan agama Islam yang mengajarkan monoteisme bisa membahayakan posisi ekonomi mereka. Bahkan lebih dari itu, konsep Islam tentang persamaan semua manusia, terlepas dari status sosial atau kekayaan, merupakan ancaman bagi elite Mekah.
3. Resistensi terhadap Otoritas Baru
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidak hanya membawa ajaran baru, tetapi juga merepresentasikan otoritas baru. Hal ini menantang struktur kekuasaan tribal yang ada di Mekah. Mereka yang berkuasa merasa terancam oleh pesan-pesan beliau tentang keadilan sosial dan persamaan antara manusia. Menolak ajaran Nabi Muhammad adalah salah satu cara untuk menjaga status quo.
4. Toleransi Agama
Masyarakat Mekah saat itu dikenal toleran terhadap agama dan keyakinan yang beragam. Mereka merasa nyaman dengan pola pikir ini dan menganggap bahwa setiap orang dapat memilih dewa untuk disembah. Oleh karena itu, ketika Nabi Muhammad menegaskan keesaan Tuhan, konsep ini bertentangan dengan keragaman agama yang mereka anut.
Pada intinya, penolakan terhadap ajaran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di Mekah merupakan gabungan dari resistensi terhadap perubahan kepercayaan, ancaman terhadap status sosial dan ekonomi, serta perlawanan terhadap otoritas baru. Hal ini menunjukkan bagaimana agama dan politik dapat bertumpang tindih, dan bagaimana pergeseran nilai dan keyakinan dapat mengancam status quo suatu masyarakat.