Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang berlangsung pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah salah satu momen paling penting dalam sejarah perjuangan Indonesia mencapai kemerdekaan. Dalam sidang tersebut, beberapa keputusan penting telah diambil, yang berkontribusi besar terhadap pembentukan negara ini.
Namun, seringkali ada beberapa konsepsi yang salah mengenai hasil dari sidang ini. Berikut ini adalah beberapa poin yang seringkali disalahpahami sebagai hasil dari sidang PPKI tanggal 18 Agustus, padahal sebenarnya bukan.
- Pembentukan Negara Indonesia – Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus bukanlah momen pembentukan negara Indonesia. Proklamasi kemerdekaan telah terjadi dua hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 17 Agustus, oleh Soekarno dan Hatta.
- Penentuan Lambang Negara – Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus tidak membahas tentang penentuan lambang negara. Garuda Pancasila sebagai lambang negara baru ditetapkan sekitar tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 15 Februari 1950.
- Penetapan Bahasa Nasional – Walaupun sidang PPKI banyak membahas tentang aspek konstitusi dan tata negara, penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sebenarnya bukan bagian dari hasil sidang. Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa persatuan sebelumnya, tepatnya pada tahun 1928 dalam Sumpah Pemuda.
- Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pertama – Meski sidang PPKI tanggal 18 Agustus memang menghasilkan pemilihan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama, proses pemilihan ini sebenarnya telah dimulai sejak sidang pertama pada tanggal 16 Agustus.
Berikut bukan hasil keputusan sidang PPKI tanggal 18 Agustus adalah, karena dalam sidang tersebut, fokus utama adalah merumuskan dan menyetujui rancangan UUD 1945, yang menjadi dasar hukum dan konstitusi negara Republik Indonesia.
Jadi, jawabannya apa? Sidang PPKI tanggal 18 Agustus berfokus pada penetapan UUD 1945 yang menjadi dasar negara Republik Indonesia, bukan hal-hal yang seringkali disalahpahami seperti pembentukan negara, penentuan lambang dan bahasa nasional, serta pemilihan presiden dan wakil presiden. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, penting untuk selalu merujuk pada sumber-sumber sejarah yang kredibel.