Peristiwa Fathu Makkah sangat penting dalam sejarah Islam karena menandai akhir permusuhan antara kaum Muslimin dan Quraisy serta memungkinkan kelahiran komunitas yang berfokus pada keimanan dan praaktek religius. Satu peristiwa penting yang terjadi selama Fathu Makkah adalah penghancuran berhala-berhala di Ka’bah.
Sejarah Awal Ka’bah dan Penyebaran Penyembahan Berhala
Ka’bah, yang di tengah kota Makkah, sejak lama menjadi tempat suci bagi masyarakat Arab. Menurut tradisi, bangunan ini didirikan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.
Namun, seiring waktu dan dengan berbagai pengaruh, banyak suku Arab mulai mempraktekkan penyembahan berhala. Berhala-berhala ini ditempatkan di dalam dan di sekitar Ka’bah dan merupakan bagian penting dari praaktek agama lokal mereka.
Fathu Makkah dan Penghancuran Berhala
Fathu Makkah (Pembebasan Makkah) adalah peristiwa dimana kaum Muslimin, dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, masuk dan membebaskan kota Makkah dari kekuasaan Quraisy. Peristiwa ini terjadi pada tahun 8 H atau 630 M.
Salah satu tindakan pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW setelah mengambil alih Makkah adalah penghapusan praktik penyembahan berhala. Nabi memasuki Ka’bah dan menghancurkan semua berhala yang ada di dalam dan di sekitarnya. Menurut sejarawan, terdapat sekitar 360 berhala yang dihancurkan pada saat itu, mencakup berhala-berhala besar dan kecil yang menjadi pusat peribadatan oleh masyarakat Makkah.
Simbolisme Penghancuran Berhala
Penghancuran berhala-berhala ini memiliki makna simbolis dan praktis. Secara simbolis, tindakan ini menandai akhir penyembahan berhala dan bangkitnya kepercayaan monotheistik yang murni di Arab. Secara praktis, tindakan ini juga membuang praaktek-praaktek bid’ah dan syirik yang telah merusak ajaran asli Ibrahim dan Ismail.
Secara keseluruhan, sebanyak 360 berhala dihancurkan oleh kaum Muslimin pada peristiwa Fathu Makkah. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam sebagai peralihan dari tradisi pemujaan berhala menjadi pemujaan kepada Tuhan yang Esa.