Masa pos plestosin merujuk pada periode setelah zaman es terakhir yang berakhir sekitar 12,000 tahun yang lalu. Selama periode ini, manusia memasuki era baru dari inovasi dan perkembangan yang signifikan dalam pembuatan alat. Ada tiga tradisi pokok dalam pembuatan alat-alat pada masa ini, yaitu:
1. Tradisi Core Tool
Tradisi Core Tool melibatkan pembuatan alat dengan cara mengetuk dan memahat batu dasar atau ‘cores’ untuk membuat alat-alat sederhana. Teknik ini sering digunakan untuk membuat batu kapak dan alat lainnya yang digunakan untuk berburu dan pengumpulan.
2. Tradisi Blade Tool
Dalam tradisi Blade Tool, teknik pengetesan yang lebih rumit digunakan untuk memahat batu menjadi pisau dan alat-alat lainnya dengan tepi yang tajam dan tipis. Tradisi ini membantu manusia mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan sehari-hari mereka seperti berburu, mengolah makanan, dan konstruksi.
3. Tradisi Ground Stone
Tradisi Ground Stone melibatkan penggunaan proses penghalusan dan penggerusan untuk membuat alat-alat. Proses ini memungkinkan pembuatan alat dengan bentuk dan fungsi yang lebih spesifik, seperti alat penggiling biji-bijian atau alat untuk membuat kayu dan tulang menjadi lebih rapi.
Dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghasilkan berbagai alat ini, manusia pos plestosin mampu bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan yang sering kali keras dan menantang. Mereka mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan sumber daya, dan ini membuka jalan bagi perkembangan budaya dan peradaban manusia yang lebih maju di millennium berikutnya.
Jadi, jawabannya apa?
Jawabannya terletak dalam bagaimana paparan ini menjelaskan pentingnya inovasi dan adaptasi dalam sejarah umat manusia. Pembuatan alat-alat ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang perkembangan dan kemajuan. Pra-sejarah manusia bukanlah tentang stagnasi, tetapi tentang evolusi dan inovasi – tema yang berlanjut hingga hari ini.