Demokrasi parlementer merupakan bentuk pemerintahan tempat kekuasaan eksekutif berada di bawah kekuasaan legislatif, dan keduanya bertanggung jawab kepada parlemen. Meskipun demokrasi parlementer banyak diterapkan di banyak negara, bentuk pemerintahan ini kadang-kadang bisa gagal. Ada beberapa alasan di balik kegagalan demokrasi parlementer.
Krisis Politik
Krisis politik merupakan penyebab utama dari kegagalan demokrasi parlementer. Pertentangan antara partai politik dapat menyebabkan pemerintahan menjadi tidak stabil. Ini mungkin karena pertentangan kebijakan, kontroversi atau skandal yang melibatkan anggota partai politik. Krisis politik dapat menyebabkan parlemen tidak mampu memutuskan dan melaksanakan hukum secara efisien, yang pada akhirnya mengarah ke kegagalan demokrasi parlementer.
Corak Pemilihan Anggota Parlemen
Sistem pemilihan anggota parlemen yang tidak tepat atau tidak adil juga menjadi penyebab kegagalan demokrasi parlementer. Jika pemilihan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sekelompok kecil orang yang memegang kekuasaan, demokrasi parlementer bisa gagal. Ini dapat terjadi ketika pemilihan diatur oleh pihak yang memiliki kekuasaan, atau jika pemilihan dirusak.
Kekuasaan yang Tidak Seimbang
Struktur kekuasaan yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan kegagalan demokrasi parlementer. Dalam demokrasi parlementer, harus ada keseimbangan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Jika terdapat kekuasaan yang berlebihan pada salah satu pihak, dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan dan krisis demokrasi.
Inefisiensi Administratif
Parlemen harus mampu mengatur negara dan menjalankan fungsi administratifnya dengan efektif. Jika tidak, ini akan mengarah pada ketidakpuasan publik dan dapat menyebabkan kegagalan demokrasi parlementer. Inefisiensi bisa terjadi jika parlemen tidak memiliki sumber daya yang cukup, atau jika anggota parlemen tidak sepenuhnya memahami atau memanfaatkan wewenang mereka.
Kegagalan demokrasi parlementer di negara mana pun biasanya disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor di atas. Namun, yang perlu dicatat adalah ada beberapa faktor yang tidak menyebabkan kegagalan sistem ini. Faktor seperti kurangnya pendidikan dan partisipasi publik, misalnya, sebenarnya tidak berkontribusi secara langsung pada kegagalan demokrasi parlementer, tetapi ketidakpuasan publik yang diakibatkannya dapat berkontribusi.
Jadi, jawabannya apa? Kegagalan demokrasi parlementer umumnya disebabkan oleh paket faktor-faktor di atas, bukan hanya satu aspek secara individual. Semua faktor tersebut saling berinteraksi dan berkontribusi pada potensi gagalnya sistem tersebut.