Dalam tradisi spiritual banyak masyarakat, mimpi sering dianggap sebagai pesan atau pertanda dari alam gaib. Dalam dunia psikologi, mimpi dipandang sebagai manifestasi dari pikiran bawah sadar. Bagaimana dengan dalam Islam, khususnya jika mimpi tersebut melibatkan pertemuan dan percakapan dengan orang yang sudah meninggal? Apa arti dan penafsirannya dalam konteks agama Islam?
Apa Arti Mimpi dalam Islam?
Untuk menafsirkan suatu mimpi menurut Islam, perlu dimaklumi bahwa Islam membedakan antara mimpi (ru’ya) yang berasal dari Tuhan atau yang berasal dari setan (hulum). Ru’ya biasanya membawa pesan positif dan penuh hikmah, sedangkan hulum biasanya membawa ketakutan dan kebingungan.
Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila waktu telah dekat (kiamat), mimpi seorang mukmin tidak akan salah.” Hal tersebut menunjukkan bahwa mimpi, dalam konteks tertentu, dapat menjadi pertanda atau pesan tertentu bagi pemimpinya.
Bertemu dan Berbicara dengan Orang yang Sudah Meninggal dalam Mimpi
Mimpi bertemu dan berbicara dengan orang yang sudah meninggal bisa memiliki berbagai makna. Menurut sebagian mufassir, mimpi semacam ini bisa jadi adalah cara Allah memberikan rasa tenang bagi yang merindukannya, atau sebuah peningkatan kesadaran bahwa kematian adalah realitas yang harus dihadapi setiap manusia.
Namun perlu diingat bahwa penafsiran ini bukanlah hukum yang mutlak dan bisa berbeda-beda tergantung konteks mimpinya. Misalnya, apa yang dibicarakan dalam mimpi, bagaimana suasana mimpinya, dan bagaimana perasaan saat bertemu dengan orang yang sudah meninggal tersebut.
Makna dari Perspektif Psikologis
Dalam perspektif psikologis, bisa jadi mimpi tentang bertemu dan berbicara dengan orang yang sudah meninggal ini adalah bentuk dari proses berkabung dan melepaskan. Dalam proses ini, orang yang ditinggalkan mencoba mencari penerimaan dan pemahaman tentang kematian orang yang dicintai.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, menurut ajaran Islam, mimpi bertemu dan berbicara dengan orang yang sudah meninggal dapat memiliki berbagai penafsiran, tergantung pada banyak faktor. Dan tidak ada penafsiran yang pasti kecuali yang diketahui oleh Allah SWT sendiri.
Jadi, jawabannya apa? Tidak ada jawaban yang pasti dan mutlak. Setiap mimpi dan penafsirannya adalah hal yang personal dan bisa berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Yang terpenting adalah, mimpi tersebut tidak boleh dijadikan sebagai dasar dalam mengambil keputusan atau tindakan, karena pengetahuan yang sempurna hanya milik Allah SWT.